-->
  • STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BUDIDAYA JAHE ORGANIK

    SOP BUDIDAYA JAHE ORGANIK

    I. PEMILIHAN/PENETAPAN LOKASI

    1. Definisi dan Tujuan

    Pemilihan lokasi adalah penetapan lokasi usaha tani yang sesuai dengan karakteristik komoditi untuk menghasilkan produksi dan mutu yang optimal. Tujuannya adalah untuk mendapatkan lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman jahe.

    1. Informasi Pokok

      1. Calon lokasi pertanaman bukan bekas tanaman rimpang yang sudah ada gejala bakteri, family solanaceae, kacang- kacangan, pisang-pisangan, atau tanaman inang pembawa penyakit layu;

    1. Lahan hanya bisa ditanam 2 (dua) kali berturut-turut;

    2. Lahan bekas terkena penyakit layu dapat diusahakan untuk pertanaman jahe minimal 5 tahun (jika sudah positif/serangan berat penyakit layu);

    3. Lahan dan lokasi usaha tani dan penyimpanan hasil harus terpisah dari lahan dan lokasi yang tidak organiK

    4. Kesesuaian lahan:

      1. Ketinggian: Jahe merah : 300 900 m dpl;

      2. Curah hujan tahunan: 2.500 4.000 mm;

      3. Suhu udara: 2535oC (kelembaban sedang); (tergantung jenis jahe);

      4. pH tanah: 5,0 7,0;

      5. Struktur tanah: subur, gembur, banyak mengandung humus;

      6. Tekstur tanah: berpasir, liat berpasir dan tanah laterik;

      7. Kemiringan lahan maksimum 30 % (diikuti konservasi);

      8. Naungan untuk jahe merah maksimal 25%.

    1. Prosedur Kerja

      1. Cari informasi riwayat lahan:

        • Jenis    tanaman   dan    pola  tanam   (terkait dengan intensitas cahaya) pada pertanaman sebelumnya;

        • Pembatas antara lahan dan lokasi (jalan, saluran air/parit, pohon-pohonan, barisan kosong).

      2. Cari data kesesuaian lahan:

    ketinggian; Curah hujan tahunan; Suhu udara; pH tanah; Struktur tanah; Tekstur tanah; Kemiringan lahan; danNaungan.

    1. Cari informasi sumber air:

      1. Lokasi;

      2. Bahan saluran air (stainless steel, besi, aluminium, semen);

      3. Bahan sumber air (bahan kontaminan).

    II. PEMILIHAN BENIH/BIBIT

    1. Definisi dan Tujuan

    Pemilihan Benih adalah proses seleksi bahan tanaman. Tujuannya adalah untuk menjamin stabilitas dan kepastian hasil budidaya tanaman.

    1. Informasi Pokok

    Benih yang berkualitas harus mempunyai ciri-ciri:

    1. Varietas unggul yang teridentifikasi dengan jelas asal usulnya;

    2. Merupakan spesies/varietas murni yang tidak tercampur;

    3. Berasal dari tanaman induk yang sehat dan berumur 9-12 bulan;

    4. Bibit telah disimpan terlebih dauhulu selama 1-1,5 bulan setelah dari lahan (bukan dari pasar)

    5. Tidak ada gejala penyakit layu, lalat rimpang dan kutu tempurung

    6. Bila rimpang dipatahkan akan terlihat banyak serat;

    7. Kulit kencang dan tidak mudah terkelupas;

    8. Warna lebih mengkilat dan terlihat bernas;

    9. Mempunyai berat antara 20-40 g

    10. Rimpang mempunyai 2-3 mata tunas;

    11. Benih tidak cacat fisik (luka, memar);

    12. Kebutuhan benih 1,2 3 ton/ha (tergantung jarak tanam)

    1. Prosedur Kerja

      1. Catat asal usul dan lama penggunaan benih induk;

      2. Pilih tanaman induk yang berumur 12 bulan;

      3. Pilih kulit rimpang yang kencang dan tidak mudah terkelupas;

      4. Pilih warna yang lebih mengkilat dan terlihat bernas;

      5. Pilih rimpang yang memiliki berat antara 20-40 g;

      6. Pilih rimpang yang mempunyai 2-3 mata tunas;

      7. Tutup luka/bekas potongan rimpang untuk bibit dengan menggunakan abu pembakaran atau pasta yang terbuat dari semen;

      8. Sisakan tanaman induk untuk ditanam kembali apabila diperlukan penyulaman.


    III. PENYEMAIAN BENIH

    1. Definisi dan Tujuan

    Penyemaian benih adalah proses peletakan benih untuk dikecambahkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam.

    1. Informasi Pokok

      1. Media penyemaian berupa jerami atau sekam dengan ketebalan masing-masing 5 cm dalam 4 lapis dengan ketinggian 20-25 cm;

      2. Kelembabannya terjaga dengan disemprot air 1-2 kali/minggu (jangan disiram);

      3. Rimpang yang digunakan harus sehat, sudah dijemur ulang sekitar ½-1 hari dan memiliki 2- 3 mata tunas;

      4. Dicuci bersih dengan air, lalu ditiriskan

      5. Pencelupan rimpang ke dalam larutan desinfektan dan zat pengatur tumbuh; sekitar 1 menit sebelum dilakukan penyemaian di dalam media semai;

      6. Penggunaan abu dapur atau sekam padi di bagian atas media semai;

      7. Penyemaian benih dilakukan selama 2-4 minggu.

    2. Prosedur Kerja

      1. Siapkan media penyemaian yang bebas dari gulma, kotoran, batuan, dan tanaman pengganggu lainnya;

      2. Jaga kelembaban media dengan disemprot air 1-2 kali/minggu (jangan disiram);

      3. Gunakan rimpang yang sehat, sudah dijemur ulang sekitar

    ½-1 hari dan memiliki 2-3 mata tunas;

    1. Lakukan pencelupan rimpang ke dalam larutan desinfektan dan zat pengatur tumbuh;

    2. Gunakan abu dapur atau sekam padi di bagian atas media semai;

    3. Pupuk organic cair disemprotkan ke persemaian jahe (20 cc/10 L) secara merata 1 minggu sekali.

    4. Lakukan penyemaian benih selama 2-4 minggu

    IV. PENYIAPAN LAHAN

    1. Definisi dan Tujuan

    Penyiapan lahan adalah rangkaian kegiatan mulai dari membersihkan lahan dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain. Tujuannya adalah lahan siap ditanam bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

    1. Informasi Pokok

    Kriteria lahan siap tanam

    1. Bersih dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain;

    2. Lahan gembur;

    3. Bedengan tertata rapi;

    4. Buat guludan dengan jarak tanam sekitar 40x40 cm, dengan lebar bedengan antara 80 120 cm, tinggi bedengan sesuai kondisi lahan;

    5. Arah bedengan dibuat dengan memperhatikan konservasi lahan.

    1. Prosedur Kerja

      1. Bersihkan lahan dari bebatuan, gulma dan sisa-sisa tanaman lain;

      2. Lakukan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor atau cangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm;

      3. Ratakan tanah dan gemburkan;

      4. Buat guludan dengan jarak tanam sekitar 40x40 cm; dengan jarak antar bedengan 30-50 cm

      5. Pada tanah datar, buat bedengan dengan lebar sekitar 80 120 cm, tinggi bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan (20 30 cm);

      6. Buat lubang tanam dengan kedalaman 10-15 cm dan jarak tanam sekitar 40x40 cm;

      7. Lakukan pemberian pupuk organik/pupuk kandang yang matang 1.500-2500 Kg menyesuaikan kondisi lahan.

      8. Pengapuran

        1. Jika pH <4 diberikan dolomit >10 ton/Ha

        2. Jika pH 5 diberikan dolomit 5,5 ton/Ha

        3. Jika pH 6 diberikan dolomit 0,8 ton/ Ha

    V. PENANAMAN

    1. Definisi dan Tujuan

    Penanaman adalah proses meletakkan benih ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan sesuai jarak tanam. Tujuannya adalah agar benih dapat tumbuh dengan baik dan seragam.

    1. Informasi Pokok

      1. Melakukan penanaman pada awal musim penghujan;

      2. Penanaman dilakukan sesuai dengan jarak tanam yang sudah ditentukan dengan kedalaman tanam sekitar 15 cm;

      3. Menanam benih yang telah bertunas dalam posisi rebah dan tunas menghadap ke atas;

      4. Memadatkan tanah di sekitar benih agar tanaman kokoh.

    2. Prosedur Kerja

      1. Lakukan penamanan pada awal musim penghujan;

      2. Lakukan penanaman sesuai dengan jarak tanam yang sudah ditentukan dengan kedalaman tanam sekitar 15 cm;

      3. Letakkan benih dengan hati-hati ke dalam lubang tanam dengan posisi rebah dan tunas menghadap ke atas;

      4. Padatkan tanah sekitar benih

    VI. PEMUPUKAN

    1. Definisi dan Tujuan

    Pemupukan adalah pemberian unsur hara berupa pupuk organik ke tanaman. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan agar tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal.

    1. Informasi Pokok

      1. Pupuk dasar berupa pupuk kandang dengan dosis 15-25 ton/ha.

      2. Pemupukan susulan dimulai pada umur 1 bulan dan dilakukan setiap bulannya.

    2. Prosedur Kerja

      1. Penggunaan pupuk dasar berupa pupuk kandang yang sudah matang, disebar sesuai bedengan yang telah dibuat;

      2. Pemberian pupuk susulan pertama pada umur 1 bulan dan selanjutnya dilakukan setiap bulan.

    VII. PEMELIHARAAN

    1. Definisi dan Tujuan

    Pemeliharaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang mencakup kegiatan penyulaman, penyiangan, penyiraman/pengairan dan pembumbunan. Tujuannya adalah agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal.

    1. Informasi Pokok

      1. Kondisi pertanaman bertumbuh baik, bebas dari gulma, pertumbuhan seragam;

      2. Penyiraman dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan iklimnya;

      3. Penyulaman pada umur satu bulan setelah tanam dengan menggunakan benih/bibit yang telah disiapkan dengan umur yang sama;

      4. Kegiatan penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi gulma. Usahakan pada umur 3-6 bulan tanaman bebas dari gulma, setelah berumur 6 bulan dilakukan sesuai dengan kebutuhan;

      5. Penyiangan dilakukan dengan mekanis/manual, tidak boleh menggunakan herbisida. Untuk tanaman yang berumur 4 bulan, penyiangan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar tanaman dan mencegah masuknya penyakit;

      6. Pembumbunan dilakukan setiap bulan, mulai umur 2 bulan dan bisa dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

    2. Prosedur Kerja

      1. Cek kondisi pertanaman (bebas dari gulma, pertumbuhan seragam);

      2. Lakukan penyiraman yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan iklimnya;

      3. Lakukan penyulaman pada umur satu bulan setelah tanam dengan menggunakan benih/bibit dengan umur yang sama;

      4. Lakukan penyiangan sekitar 2-3 minggu setelah tanam (sesuai dengan kondisi gulma), lalu lanjutkan sekitar 3-6 minggu sekali;

      5. Catat alat yang dipakai untuk penyiangan (mekanis/ manual);

      6. Lakukan pembumbunan setiap bulan, mulai umur 2 bulan atau bersamaan dengan penyiangan.

    1. PENGENDALIAN OPT

    1. Definisi dan Tujuan

    1. Pengendalian OPT adalah tindakan pengendalian yang dilakukan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dipadukan dalam satu kesatuan. Tujuannya adalah untuk mengurangi resiko kehilangan hasil dan meningkatkan mutu serta menjaga kelestarian lingkungan.

    1. Informasi Pokok

      1. Hama

        1. Lalat Rimpang Mimegralla coeruleifrons Macquart

    Ordo : Diptera

    Famili : Micropezidae

    1. Tanaman Inang : Jahe, kunyit, kencur, temulawak, temu ireng.

    2. Gejala Serangan

      • Gejala serangan lalat rimpang sulit dibedakan dengan serangan penyakit layu;

      • Setelah 8-10 hari tanaman terlihat menguning dan mengering, dimulai dari daun sebelah bawah kemudian diikuti seluruh daun;

      • Serangan berat mengakibatkan tanaman layu dan kering, sedangkan rimpangnya keropos;

    3. Pengendalian

    1. Kultur teknis

      • Tidak menanam jahe tumpang sari dengan kunyit atau tanaman lain keluarga Zingiberaceae yang merupakan tanaman inang hama ini;

      • Sortasi rimpang sebelum tanam;

      • Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat, bebas dari serangan penyakit layu atau penyakit lainnya;

      • Penggunaan tanaman nilam sebagai barier dan tumpang sari dengan jahe dapat menekan populasi lalat rimpang;

      • Sanitasi dengan membersihkan pertanaman dari sisa-sisa tanaman dan memusnahkannya

    2. Biologis 

    Memanfaatkan musuh alami yaitu parasitoid larva-pupa Trichopria sp. (Diapriidae, Hymenoptera), dan cendawan Beauveria bassiana yang menginfeksi larva.

    1. Kimiawi

    Penggunaan insektisida untuk mengendalikan lalat dewasa. Insektisida yang terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian untuk OPT jahe belum ada.

    1. Hama Kutu Perisai Aspidiella hartii Gr.

    Ordo : Homoptera

    Famili : Diaspididae

    1. Tanaman Inang : Jahe, kencur, temulawak, kunyit, gadung dan suweg

    2. Gejala Serangan

      • Serangan hama tampak dari kutu-kutu berbentuk perisai yang menempel di permukaan rimpang dan di bawah sisik rimpang sehingga nampak kusam;

      • Umumnya menyerang di pertanaman kemudian dapat berkembang dengan baik di tempat penyimpanan;

    3. Pengendalian

    1. Kultur teknis

      • Penggunaan bahan tanaman yang bersih dan sehat;

      • Memutuskan siklus hidup OPT (pergiliran tanaman dengan bukan tanaman inang);

      • Sortasi hasil panen;

      • Menyimpan hasil panen di tempat yang memenuhi syarat (bersih dan tidak lembab).

    2. Biologis

    Memanfaatkan musuh alami yaitu parasitoid Phycus sp. (Adhelinidae, Hymenoptera) dan Adhelencyrtus moderatus Howard (Encyrtidae, Hymenoptera) serta dua jenis tungau pemakan kutu.

    1. Fisik/ Mekanis

    Menaburi rimpang dengan abu dan menyikat kutu yang menempel pada rimpang dengan sikat halus juga dapat mencegah berkembangnya populasi kutu, terutama untuk rimpang siap ekspor.

    1. Penyakit

      1. Layu Bakteri Ralstonia (Pseudomonas)

    solanacearum yang tergolong pada Ras 4.

    1. Tanaman Inang

    Temumangga, temuputih, jahe, kunyit, kencur, temulawak, bangle, lempuyang, tomat, terung, nilam, tembakau, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, kacang asu, tapak dara, kenaf, rosella, kembang biru, ubi kayu, kemuning, tomat, cabai, kentang, kacang panjang, kembang kertas, wijen, turi, takokak. Beberapa jenis gulma antara lain babadotan, meniran, ceplukan, Commelina sp., nangka, Spigelia anthelmia, Erechtites sp., dan krokot.

    1. Gejala Serangan

    Gejala pertama pada umur 3 bulan adalah daun menguning dan menggulung, dimulai dari daun yang lebih tua kemudian diikuti daun yang lebih

    muda, selanjutnya sampai semua helai daun kuning dan mati;

    • Gejala menguning pada daun biasanya dimulai dari pinggir daun kemudian menyebar ke seluruh helai daun;

    • Pada bagian pangkal batang terlihat gejala cekung basah dan garis-garis hitam atau abu-abu sepanjang batang;

    Pada tahap perkembangan, batang mudah dicabut dari bagian rimpang. Kalau potongan pangkal batang atau rimpang dipijit dengan tangan akan mengeluarkan lendir berwarna putih seperti air susu;

    1. Pengendalian

    1. Kultur teknis

      • Menanam bibit sehat;

    Tidak   menanam   jahe   pada   areal    yang    terserang    penyakit    ini  minimal 5 tahun, sebaiknya ditanami tanaman yang bukan inang R. solanacearum antara lain padi dan jagung;

    Di daerah endemik, harus dilakukan rotasi dengan tanaman lain yang bukan inang patogen ini

    1. Mekanis

      • Membuat saluran-saluran drainase yang baik agar tidak tergenang air;

      • Melakukan sanitasi dan pemeliharaan kebun dengan teratur dan intensif, yaitu mencabut tanaman sakit, mencabut gulma dengan baik;

      • Pemakaian abu sekam dan ekstrak bawang merah pada tanah terkontaminasi R. solanacearum dapat menekan serangan penyakit sampai 33%;

    2. Biologis

      • Pemakaian kompos atau agens antagonis seperti Gliocladium sp., Trichoderma sp., atau Pseudomonas fluorescens, kompos Biotriba dapat menekan serangan penyakit.

    1. Busuk Rimpang Rhizoctonia solani Kuhn.

      1. Tanaman Inang

    Kentang, letus, cabai, kubis, gambas, tomat, kacang panjang, kangkung, bayam, kecipir, lobak, terung, kenikir, parai, strawberi, semangka, jeruk, belimbing, mangga, durian, srikaya, kacang tanah, ubi jalar, kacang hijau, sorgum, jagung, kedelai, kacang asu, kapas, kina, kayu manis, panili, lada, kopi, kenaf, rosella, tembakau, nona makan sirih, orok-orok, kunyit, jahe, kaca piring, pacar banyu, anggrek, soka, melati, petai cina, kembang pukul empat, enceng gondok dan padi.

    1. Gejala Serangan

      • Perubahan warna pada daun di bagian bawah, daun berubah warna dari hijau menjadi kuning dan berangsur-angsur menjadi layu;

      • Pada serangan berat rimpang menjadi busuk, dan batang semu keriput;

      • Bila tanaman dicabut, rimpang tidak segar, kering dan warnanya kehitam-hitaman;

      • Bila rimpang dibelah, maka bagian dalamnya berwarna agak gelap dan membusuk;

      • Rimpang terinfeksi R. solani sulit dibedakan secara visual dengan penyakit lain yang disebabkan oleh Fusarium sp.;

    2. Pengendalian

    1. Kultur teknis

      • Memilih benih yang sehat dan cukup umur, tidak terdapat luka;

      • Menanam jahe di lahan yang drainasenya baik;

      • Mengadakan pergiliran (rotasi) tanaman.

    2. Mekanis

    Melakukan eradikasi selektif dan membakarnya.

    1. Biologis

    Bekas tanaman sakit diberi kompos matang atau agens antagonis seperti

    Trichoderma spp. atau Gliocladium spp. atau Pseudomonas fluorescens.

    1. Penyakit Kuning Fusarium sp.

      1. Tanaman Inang :

    Tanaman inang F. oxysporum f.sp. zingiberi

    terbatas pada tanaman jahe.

    1. Gejala Serangan :

      • Gejala pertama adalah bagian daun muda berwarna pucat, kemudian gejala menyebar ke seluruh bagian daun lainnya, batang menjadi keriput tetapi tidak jatuh ke tanah sebagaimana gejala serangan penyakit layu bakteri;

      • Rimpang berwarna kecoklatan pada bagian terinfeksi tetapi tidak menyeluruh;

    2. Pengendalian

    1. Kultur teknis

      • Memilih benih yang sehat dan cukup umur, tidak terdapat luka;

      • Menanam jahe di lahan yang drainasenya baik;

      • Mengadakan pergiliran (rotasi) tanaman.

    2. Mekanis

    Melakukan eradikasi selektif dan membakarnya.

    1. Biologis

    Sebelum penanaman, pada lubang tanam diberi agens antagonis seperti

    Trichoderma spp. atau Gliocladium spp. atau kompos yang matang.

    1. Kimiawi

    Fungisida nabati Minyak Bunga Cengkeh (MBC).

    1. Bercak Daun Phyllosticta zingiberi Ramakr.

      1. Tanaman Inang : Jahe

      2. Gejala Serangan

        • Gejala awal penyakit adalah adanya bercak klorotik kecil berbentuk oval pada daun;

        • Pada keadaan serangan berat seluruh daun dapat terserang, dan menjadi kering.

      3. Pengendalian

    1. Kultur teknis

      • Jarak tanam tidak terlalu rapat agar kelembaban di sekitar tanaman tidak terlalu tinggi;

      • Sanitasi kebun;

      • Perbaikan drainase;

      • Penyemprotan dengan fungisida segera setelah ditemukan adanya gejala sakit di kebun;

    2. Mekanis

    Eradikasi tanaman/bagian tanaman yang sakit dan dimusnahkan.

    1. Penyakit Akar Nematoda

    Nematoda yang paling merugikan pada tanaman jahe yaitu Radopholus similis, Meloidogyne spp. dan Pratylenchus coffeae.

    1. Tanaman Inang :

    Kentang, kubis, tomat, ubi jalar, tembakau, teh, tebu, krisan, padi-padian, lempuyang hitam, lengkuas, jahe, kunyit, kencur, temulawak, temuputih, temukunci, temuireng, dan kapulaga.

    1. Gejala Serangan

      • Tanaman terserang cenderung lebih cepat tua dibandingkan yang sehat;

      • Serangan lebih berat dapat mengakibatkan akar dan rimpang menjadi busuk. Bila

    rimpang terserang dipotong melintang tampak luka-luka berwarna coklat pada batas antara bagian rimpang sakit dengan yang masih sehat.

    1. Pengendalian

    1. Kultur teknis

    Dipilih lahan yang belum pernah ditanami jahe dan belum pernah dilaporkan terinfeksi berat oleh nematode

    • Untuk lahan yang sudah pernah terinfeksi nematoda maka diperlakukan secara kimia, sekurang-kurangnya 2 3 minggu sebelum tanam;

    • Sanitasi kebun dengan baik;

    • Rotasi tanaman dan pemilihan waktu tanam secara benar;

    • Penggunaan benih bebas nematoda.

    1. Mekanis

    Perlakuan rimpang jahe dengan air panas 40oC selama 20 menit, atau suhu 50o C selama 10 menit. Perlakuan air panas harus dilakukan secara hati-hati karena viabilitas benih akan terpengaruh.

    1. Biologis

      • Pemanfaatan bakteri Pasteuria penetrans dengan dosis 2 kapsul/tanaman/6 bulan untuk mengendalikan Meloidogyne spp., dan Radopholus similis;

      • Pemanfaatan jamur Arthrobotrys sp., Dactylaria sp., dan Dactdella sp. untuk mengendalikan larva nematoda;

      • Pestisida nabati tepung biji mimba 25-50 gr/tanaman/3 bulan (untuk daerah yang ada tanaman mimba).

    2. Kimiawi

    Insektisida diusahakan menggunakan bahan organik seperti rempah-rempah

    1. Prosedur Kerja

    1. Monitor dan catat jenis dan keadaan hama dan penyakit setiap minggu;

    2. Kendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan musuh alami, biopestisida  dan pestisida nabati;

    3. Gunakan pestisida secara bijaksana (tepat jenis, cara, waktu, dan dosis).


    IX. PANEN

    1. Definisi dan Tujuan

    Panen adalah kegiatan pengambilan hasil berupa rimpang dengan cara membongkar seluruh rimpang menggunakan garpu dan atau cangkul.

    1. Informasi Pokok

      1. Panen untuk konsumsi dilakukan pada saat rimpang berumur minimal 10 bulan, sedangkan panen untuk bibit dilakukan pada saat rimpang berumur 12 bulan;

      2. Ciri-ciri rimpang siap panen :

        • Warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering;

        • Kulit rimpang kencang dan tidak mudah terkelupas / tidak mudah lecet;

        • Apabila dipatahkan berserat dan aroma rimpang menyengat;

        • Warna rimpang lebih mengkilat dan terlihat bernas;

      3. Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikatagorikan sebagai berikut :

        • Mutu I : bobot 250 gram/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing

        • Mutu II : bobot 150-249 gram/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing

        • Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%,

    2. Prosedur Kerja

      1. Panen jahe merah dilakukan minimal setelah 10 bulan setelah tanam

      2. Untuk bibit lakukan pemanenan pada umur minimal 12 bulan

      3. Lakukan pemanenan dengan hati-hati menggunakan garpu / cangkul, tidak dengan cara dicabut dan diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka;

      4. Bersihkan rumpun rimpang jahe dari akar, tanah dan batang-batangtanamannya;

  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment

Pengikut

Powered by Blogger.