Olahan Pangan Fungsional
definisi pangan fungsional
Konsep pangan fungsional pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 1984 dengan istilah FOSHU yang merupakan singkatan dalam bahasa Inggris Food for Special Dietary Uses yang berarti pangan yang dikhususkan untuk diet tertentu. Hal ini dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya populasi orang tua di Jepang yang berpotensi terhadap peningkatan penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes,hipertensi, osteoporosis, dan kanker. Berlatar belakang hal tersebut, maka Kementerian Pendidikan Jepang pada tahun 1984 mencanangkan proyek pengembangan dan penelitian yang memfokuskan pada sifat fungsional pada pangan. Proyek tersebut merupakan proyek penelitian mengenai pangan fungsional yang pertama kali di dunia dengan melibatkan berbagai peneliti dari latar belakang disiplin ilmu seperti ilmu gizi,farmakologi, psikologi, dan kedokteran.(Yamada, 2008)
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM), pangan fungsional adalah pangan yang secara alami maupun melalui proses mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan hasil kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsifungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan.
Pangan fungsional dikonsumsi layaknya makanan atau minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen, serta tidak memberikan kontraindikasi dan tidak memberikan efek samping terhadap metabolisme zat gizi lainnya jika digunakan pada jumlah penggunaan yang dianjurkan. Meskipun mengandung senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan, pangan fungsional tidak berbentuk kapsul, tablet atau bubuk yang berasal dari senyawa alami (Badan Pengawasan Obat dan Makanan 2001).
Produk makanan dan minuman fungsional
Produk makanan dan minuman fungsional yang beredar di pasaran tersedia dalam berbagai bentuk, seperti jus (sari buah), serbuk minuman cepat larut (serbuk instan), serta dalam bentuk teh herbal (teh celup) mengkudu. Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan atau obat berdasarkan penampakan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Bila fungsi obat terhadap penyakit bersifat kuratif, maka pangan fungsional lebih bersifat pencegahan terhadap penyakit. Berbagai jenis pangan fungsional telah beredar di pasaran, mulai dari produk susu probiotik tradisional seperti yoghurt, kefir dan coumiss sampai produk susu rendah lemak siap dikonsumsi yang mengandung serat larut. Juga produk yang mengandung ekstrak serat yang bersifat larut yang berfungsi menurunkan kolesterol dan mencegah obesitas. Untuk minuman, telah tersedia berbagai minuman yang berkhasiat menyehatkan tubuh yang mengandung komponen aktif rempah-rempah seperti kunyit asam, minuman sari jahe, sari temu lawak, beras kencur, serbat, dan bandrek.
Syarat makanan dan minuman fungsional
Menurut Goldberg (1999) Suatu pangan dapat dikategorikan menjadi pangan fungsional jika memiliki tiga syarat utama yang harus dipenuhi yaitu:
- Merupakan makanan atau minuman (bukan kapsul, tablet, atau serbuk) yang mengandung senyawa bioaktif tertentu yang berasal dari bahan alami.
- Harus merupakan bahan yang dikonsumsi dari bagian diet sehari-hari.
- Memiliki fungsi tertentu setelah dikonsumsi, seperti meningkatkan mekanisme pertahanan biologis, mencegah dan memulihkan penyakit tertentu, mengontrol fisik danmental, serta memperlambat proses penuaan dini.
Permasalahan Produk makanan dan minuman fungsional
Tidak banyak orang yang mengenal mengenai pangan fungsional, banyaknya orang yang menginginkan sembuh secara instans, banyaknya pesaing penjualan obat-obat kimia, dan harus memiliki banyak perizinan dari beberapa pihak. Di banyak negara pangan fungsional telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut dilandasi oleh beberapa alasan yaitu:
- meningkatnya kesadaran akan pentingnya makanan dalam pencegahan atau penyembuhan penyakit,
- tuntutan konsumen akan adanya makanan yang memiliki sifat lebih, yaitu memiliki kandungan ingridien fungsional,
- pengalaman masyarakat mengenai alternative medicine,
- studi epidemiologi mengenai prevalensi penyakit tertentu yang ternyata dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan bahan yang dimakan oleh suatu populasi (Marsono, 2007).
Kekuatan Produk makanan dan minuman fungsional
- Produk yang berbentuk unik serta tidak mengetahui bahwa itu obat,
- Produk yang dapat bertahan lama dengan bentuk olahan pangan fungsional.
- Banyaknya versi olahan yang dapat di buat sebagai pangan fungsional
- Tidak ada atau jarang orang yang membuat olahan pangan fungsional.
Peluang Produk makanan dan minuman fungsional
- Meningkatkan kesehatan pada komsumen yang mengkonsumsinya,
- tidak merasa kesulitan untuk mengkonsumsi obat karena rasanya yang enak,
- jarangnya penjulan yang menjual pangan fungsional
- gaya hidup masyarakat yang mulai bergaya hidup sehat.
- tidak adanya pesaing atau jarangnya pesaing penjual pangan fungsional.
No comments:
Post a Comment