BIOHERBISIDA UNTUK MENGENDALIKAN GUMA
Definisi Gula
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya yang dapat merugikan tanaman maupun manusia, baik dari segi ekonomi, ekologis, kesehatan, maupun estetika (Riskitavani, & Purwani, 2013) Tumbuhnya gulma dalam proses budidaya tanaman selalu berdampak negatif karena kemampuan gulma tersebut dalam berkompetisi dengan tanaman budidaya untuk memperebutkan saran tumbuh seperti cahaya, air, unsur hara, mapuan tempat tumbuh. Selain merugikan tanaman gulma juga berdampak terhadap petani seperti menggangu proses produksi, menurunkan kulaitas hasil produk dan sebagai inang dari hama dan penyakit (Pujisiswanto, 2012).
Pengendalian Gulma dengan herbisida merupakan salah satu cara yang paling cepat untuk mengurangi pertumbuhan gulma. Penggunaan herbisida merupakan menjadi tumpuan utama dalam pengendalian gulma dengan penggunaan bahan kimiawi mencapai 40 % dari kelesuruhan penggunaan agrokemikal (Purnomo, 2010 dalam Pujisiswanto, 2012). Penggunaan herbisida yang terbuat dari bahan-bahan kimia memiliki dampak yang negatif baik itu terhadapat lingkungan maupun manusia. salah satu pengurangan penggunaan bahan kimia pada pertisida adalah dengan pengendalian dengan bioherbisida.
Definisi Bioherbisida
Bioherbisida
merupakan senyawa yang berasal dari organisme hidup yang bisa mengendalikan
gulma atau tumbuhan pengganggu (Senjaya,
& Surakusumah, 2008). Menurut
Cai dan Gu (2016), potensi bioherbisida bisa dikembangkan dari patogen, produk
alami, dan ekstrak bahan alami. Bioherbisida menawarkan biaya rendah,
berkelanjutan, dan pendekatan ramah lingkungan untuk melengkapi metode
konvensional, yang membantu memenuhi kebutuhan akan strategi pengelolaan gulma
yang baru. Bioherbisida adalah suatu jenis herbisida yang bahan aktifnya berupa hasil metabolisme jasad renik atau jasad renik itu sendiri. Bioherbisida masih belum banyak digunakan untuk usaha pertanian dalam mengendalikan gulma, tetapi sudah banyak penelitian yang dilakukan mengenai prospek penggunaan bioherbisida (Genowati dan Suwahyono, 2008).
Herbisida
biasa yang ada di pasaran merupakan herbisida yang terbuat dari bahan-bahan
kimiawi yang dapat merusak lingkungan seperti kerusakan ekologi dan ekosistem
yang ada di lahan. Bioherbisida alami ini merupakan salah satu acara yang dapat
membatu dalam memulihkan ekosistem yang rusak. Penggunaan herbisida kimia juga
dapat membuat gulma menjadi resisten terhadap racun, dengan bioherbisida
mengurangi dan menghindari bertambahnya gulma yang resisten terhadap herbisida
(Kremer, 2005).
Bahan dan Kandungan Yang Bisa di Jadikan Bioherbisida
Banyak
sekali bahan-bahan alami yang dapat digunakan untuk menjadi bioherbisida. Menurut
Nugroho, (2012) Air kelapa yang difermentasi mengandung etanol. Air kelapa
dapat berubah menjadi asam cuka akibat aktifitas bakteri acetobacter pada air kelapa yang mengandung alkohol (Risvan Anwar
dan Eka Suzanna, 2016). Banyak
sekali senyawa yang bisa menjdi potensi sebagai bioherbisida terdapat dalam
banyak kelompok kimia termasuk Asam asetat, teanol, triketones, benzoquinones,
tanin lignin coumarins, terpen, terpenoid, strigolakton, asam fenol, , asam
lemak, flavonoid, dan asam amino (Khairunnisa,
2018).
No comments:
Post a Comment