Manajemen Pengendalian OPT Tanaman Organik
Pengendalian hama berbasis ekologi tidak hanya terbatas sebagai teknologi,
tetapi berkembang menjadi suatu konsep mengenai proses penyelesaian masalah
ekologi. Pemikiran pengendalian hama berbasis ekologi didorong oleh
pengembangan dan penerapan pengendalian hama berdasarkan pengertian ekologi
lokal (in situ) hama dan pemberdayaan petani. Pengendalian hama berbasis
ekologi disesuaikan dengan masalah yang ada di setiap lokasi dan lebih
menekankan pada pengelolaan proses dan mekanisme ekologi lokal daripada
intervensi teknologi.
Pengendalian hama berbasis ekologi dengan sistem tumpang sari didasarkan pada ekologi lokal hama dan pemberdayaan petani dalam mengelola agroekosistem. Tujuannya adalah agar dalam agroekosistem terjadi keselarasan antara tanah, hara, sinar matahari, kelembapan udara, dan organisme yang ada sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat dan hasil yang berkelanjutan.
Keuntungan lain dari sistem tanam tumpang sari adalah efisiensi dalam pengolahan tanah, pemupukan, dan tenaga kerja, perbaikan iklim mikro, keseimbangan air dan daur ulang hara internal, serta meningkatkan pendapatan petani (Suwandi et al. 2003). Bagi petani kecil di negara berkembang, atribut penting sistem tanam tumpang sari yang paling menarik adalah kemampuannya dalam mengurangi risiko karena kegagalan satu jenis tanaman akan dikompensasi oleh keberhasilan panen tanaman yang lain (Adiyoga et al. 2004). Sistem tanam tumpang sari sudah banyak diterapkan petani dan memiliki berbagai karakteristik yang sejalan dengan upaya mewujudkan keseimbangan antara kelestarian lingkungan dan pendapatan petani.
Pergiliran/rotasi tanaman bertujuan untuk memutus daur hidup OPT sehingga populasinya ditekan dengan cara mencegah tersedianya makanan serta tempat hidup dan berkembangbiak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rotasi tanaman dengan tanaman yang sama pada dua musim berurutan pada tanaman cabai masih dapat dilakukan dengan memerhatikan kebersihan atau sanitasi lingkungan pada setiap musim tanam.
Penggunaan mulsa dapat memengaruhi kelimpahan OPT. Penggunaan mulsa jerami dapat meningkatkan serangan T. parvispinus sebesar 32.68% dan P. latus sebesar 48.59% dibandingkan dengan mulsa plastik hitam perak (Setiawati et al. 2013b). Mulsa plastik hitam perak dapat menurunkan populasi trips karena mempengaruhi refleksi cahaya dan suhu. Menurut Fahrurrozi dan Stewart (1994), cahaya matahari yang dapat dipantulkan warna perak sebesar 33%. Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mengurangi suhu di sekitar tanaman cabai sebesar 0,890C karena penguapan air tanah dihambat oleh lembaran plastik dan kembali lagi ke rizosfer. Penggunaan mulsa plastik juga dapat mengurangi persentase pembentukan pupa di dalam tanah serta mencegah perkolasi dan gerakan air tanah sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi.
No comments:
Post a Comment